Jumat, 27 Maret 2020

SINDROM KORONA AKUT

Kumpulan Kasus Medis: SINDROM KORONER AKUT (SKA)

DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi (Irmalita dkk, 2015). Sindrom koroner akut adalah terminologi yang digunakan pada keadaan gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut (Lily, 2012). Sindrom koroner akut merupakan sekumpulan gejala yang diakhibatkan oleh gangguan aliran darah pembuluh darah koroner secara akut. Umumnya disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner akibat kerak aterosklerosis yang lalu mengalami perobekan dan hal ini memicu terjadinya gumpalan-gumpalan darah (thrombosis) (Erik, 2005).
Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil (APTS), infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction/ STEMI).

KLASIFIKASI
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi (Lily, 2012): 
1 Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial infarction)
Infark miokard ini merupakan gambaran cedera miokard transmural akibat oklusi total arteri koroner oleh trombus. 
2 Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation myocardial infarction) 
Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) adalah sama dengan angina pektoris tak stabil dan penatalaksanaan juga adalah sama. Akan tetapi NSTEMI ditegakkan dengan adanya nekrosis miokard dan adanya peningkatan biomaker jantung. 
3 Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris) 
UAP adalah dimana simptom iskemia sesuai SKA, tanpa terjadi peningkatan enzim petanda jantung (CK-MB, troponin) dengan atau tanpa perubahan EKG yang menunjukkan iskemia (depresi segmen ST, inversi gelombang T dan elevasi segmen ST yang transien. Yang termasuk dalam angina tak stabil adalah: 
a) Bila pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, di mana angina adalah cukup berat dan frekuensi lebih dari 3 kali per hari. 
b) Bila pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, tapi serangan angina timbul lebih sering dan lebih berat nyerinya tetapi faktor presipitasi makin ringan. 
c) Pasien dengan serangan angina masa istirahat. 

PENYEBAB
Penyebab tersering adalah deposit ateroma di jaringan subintima pada arteri koroner besar dan sedang (aterosklerosis). Aterosklerosis adalah proses kronis yang progresif dan tiba-tiba muncul dengan karakteristik berupa penumpukan lemak, elemen fibrosa dan molekul inflamasi pada dinding arteri koroner. Progresivitas aterosklerosis berhubungan dengan faktor lingkungan dan genetik dimana faktor tersebut akan berubah menjadi faktor resiko penyakit jantung koroner.
Penyebab sindroma koroner akut adalah menurut Departmen Kesehatan:
a) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada 
Penyebab paling sering SKA adalah penurunan perfusi miokard oleh karena penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus yang ada pada plak aterosklerosis yang robek/pecah dan biasanya tidak sampai menyumbat. Pada kebanyakan pasien, mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta komponennya dari plak yang ruptur akan mengakibatkan infark kecil di distal adalah petanda kerusakan miokard.
b) Obstruksi dinamik (spasme koroner atau vasokonstriksi) 
Penyebab agak jarang, yang mungkin sebab oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi endotel. Juga bisa terjadi akibat konstiksi abnormal pada pembuluh darah yang kecil. 
c) Obstruksi mekanik yang progresif 
Penyebab ini adalah penyempitan yang hebat namun bukan karena spasme atau trombus. Hal ini terjadi pada sejumlah pasien dengan aterosklerosis progresif atau dengan stenosis ulang setelah intervensi koroner perkutan (PCI). 
d) Inflamasi dan/atau infeksi 
Inflamasi bisa disebabkan oleh/berhubungan dengan infeksi, yang mungkin menyebabkan penyempitan arteri, destabilisasi plak, ruptur dan trombogenesis. Makrofag dan limfosit-T di dinding plak dapat mengakibatkan penipisan dan ruptur plak sehingga terjadi SKA. 
e) Faktor atau keadaan pencetus
Faktor ini merupakan faktor sekunder dari kondisi pencetus diluar arteri koroner. Penyebab berupa penyempitan arteri koroner yang menyebabkan terbatasnya perfusi miokard, dan biasanya pasien ini menderita angina stabil. 

PATOFISIOLOGI
Angina Pektoris Tak Stabil
1. Ruptur Plak
Ruptur plak arterosklerotik adalah penyebab penting untuk kasus angina pektoris tak stabil, hingga terjadi oklusi subtotal atau total secara tiba-tiba dari pembuluh koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Plak arterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung lemak dan jaringan fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil bila terdapat infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak berdekatan intima yang normal. Keretakan bisa juga terjadi pada dinding plak yang lemah karena terdapat enzim protease yang dihasilkan oleh makrofag yang dapat melemahkan dinding plak (fibrous cap). Ruptur menyebabkan terjadinya aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan mengakibatkan terbentuknya trombus. Trombus akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah 100% dan mengakibatkan terjadinya infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bagi pembuluh yang tidak disumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan menyebabkan angina tak stabil. 
2. Trombosis dan agregasi trombosit 
Agregasi platlet dan pembentukan trombus merupakan salah satu faktor terjadinya angina tak stabil. Trombosis terjadi akibat interaksi antara lemak, sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang terdapat dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil. Bila berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa Universitas Sumatera Utara untuk memulai kaskade reaksi yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin.
3. Vasospasme 
Spasme berlaku bila terdapat perubahan tonus pembuluh darah yang terjadi karena adanya produksi bahan vasoaktif dan disfungsi endotel oleh platelet. Spasme sering kali terjadi pada plak yang tak stabil dan berperan dalam pembentukan trombus. Spasme yang terlokalisir pada angina prinzmetal juga menyebabkan angina tak stabil. 
4. Erosi pada plak tanpa ruptur 
Penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya proliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel. Perubahan bentuk pembuluh karena bertambahnya sel otot polos dapat menyebabkan penjempitan pembuluh dengan cepat. 

ST Elevasi Miocard Infark (STEMI)
STEMI terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosik sebelumnya. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury vaskular, injury dicetus oleh hipertensi, merokok dan akumulasi lipid. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat selalunya tidak akan memicu STEMI. 
Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus, menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon pada terapi trombolitik. Pada lokasi ruptur, agonis(kolagen, ADP, efinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit yang akan memproduksi dan melepaskan tromboxanA2 (vasokonstriktor). Juga terjadi perubahan konfirmasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. 
Setelah mengalami konversi fungsi, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuan asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelets dan agrerasi. 
Kaskade koagulasi di aktivasi oleh tissue factor pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi protrombin ke trombin dan fribrinogen ke fibrin. Arteri koroner tersebut akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri dari agregasi trombosit dan fibrin. 

Non ST Elevasi Miocard Infark (NSTEMI)
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard. NSTEMI juga terjadi karena trombosis akut atau konstriksi koroner. 
Trombosis akut diawali dengan ruptur plak yang tidak stabil. Plak ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah ,fibrous cap tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Di lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang mengindikasi proses inflamasi.

FAKTOR RESIKO SINDROMA KORONARIS AKUT
Faktor resiko SKA terbagi dua, faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. 
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan adalah usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.
2. Faktor yang dapat dikendalikan adalah dislipidemia, obesitas, hipertensi, merokok, diabetes melitus dan kurang olahraga.

GAMBARAN KLINIK SINDROMA KORONARIUS AKUT
Gambaran Klinis Angina Tak Stabil 
1. Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang bertambah dari biasa. 
2. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal. 
3. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin. 
4. Pada pemeriksaan jasmani seringkali tidak ada yang khas.

Gambaran Klinik NSTEMI
1. Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar. 
2. Nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI.
3. Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahawa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru angina berat/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat. 
4. Gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah diketahui dengan baik. 
5. Gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.

Gambaran Klinik STEMI
1. Nyeri dada dengan lokasi substernal, retrosternal, dan prekordial.
2. Sifat nyeri seperti rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir. 
3. Penjalaran biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi, punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan. 
4. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat, atau obat nitrat. 
5. Gejala yang menyertai seperti mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, cemas dan lemas.


27 komentar:

  1. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada SKA:
    - Nyeri akut b/d agen cidera biologis
    - Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung, perubahan kontraktilitas jantung
    - Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
    - Ansietas kematian b/d merasa dekat dengan kematian, ketidakpastian prognosis

    BalasHapus
  2. Intervensi keperawatan:
    - Meredakan nyeri serta tanda gejala iskemia lainnya: berikan oksigen bersama terapi medikasi (nitrat, antikoagulan, trombolitik, analgesik). Inhalasi oksigen menurunkan nyeri akibat penurunan kadar oksigen sirkulasi; Kaji TTV sepanjang pasien mengalami nyeri; Bantu pasien utnuk meninggikan punggung untuk mengurangi ketidaknyamanan dada dan dispnea
    - Memperbaiki fungsi pernafasan: kaji fungsi pernafasan untuk mendeteksi awal terjadinya komplikasi; pantau status volume cairan untuk mencegah kelebihan beban jantung dan paru
    - Meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat: pertahankan pasien tetap bedrest untuk mengurangi konsumsi oksigen miokard; periksa temperatur dan nadi perifer untuk memastikan perfusi jaringan adekuat
    - Menurunkan ansietas: BHSP; ciptakan lingkungan yang tenang, cegah gangguan yang dapat mengganggu istirahat pasien; berikan pasien kesempatan untuk menyampaikan kekhawatiran dan rasa takut secra pribadi

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum wr wb pak irul.. sy buat resume sy kirim ke email bpk.. mohon bimbingannya mtr swn wassalamualaikum wr wb

    BalasHapus
  4. Gambaran EKG pada angina tidak stabil dan NSTEMI
    Pada gambaran EKG normal, gelombang T biasanya positif pada sadapan (lead) I, II, dan V3 sampai dengan V6; terbalik pada sadapan aVR; bervariasi pada sadapan III, aVF, aVL, dan V1; jarang didapatkan terbalik pada V2. Jika terjadi iskemia, gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan biasanya bersifat sementara (saat pasien simptoma-tik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan keru-sakan miokardium, sesuai dengan peme-riksaan CK-MB (creatine kinase-myoglobin) maupun troponin yang tetap normal, diag-nosisnya adalah angina tidak stabil. Namun, jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan diagnosisnya menjadi NSTEMI.
    Gambaran khas berupa depresi segmen ST lebih dari 0,5 mm (0,05 mV) pada dua atau lebih sadapan yang bersesuaian atau inversi gelombang T yang dalam dan simetris.Morfologi depresi segmen ST biasanya datar
    B.Gambaran EKG pada STEMI
    Selama terjadi STEMI, dapat diamati karak-teristik perubahan morfologi EKG yang berbeda-beda dalam jangka waktu tertentu,
    1. Gelombang T hiperakut
    Pada periode awal terjadinya STEMI, bisa didapatkan adanya gelombang T prominen. Gelombang T prominen itu disebut gelombang T hiperakut, yaitu gelombang T yang tingginya lebih dari 6 mm pada sadapan ekstremitas dan lebih dari 10 mm pada sadapan prekordial. Gelombang T hiperakut ini merupakan tanda sugestif untuk STEMI dan terjadi dalam 30 menit setelah onset gejala. Namun, gelombang T prominen ini tidak selalu spesifik untuk iskemia.
    1. 2.Gambaran awal elevasi segmen ST
    2. Jika oklusi terjadi dalam waktu lama dan derajatnya signifikan (menyumbat 90% lumen arteri koroner), gelombang T prominen akan diikuti dengan deviasi segmen ST. Diagnosis STEMI ditegakkan jika didapatkan elevasi segmen ST minimal 0,1 mV (1 mm) pada sadapan ekstremitas dan lebih dari 0,2 mV (2 mm) pada sadapan pre-kordial di dua atau lebih sadapan yang ber-sesuaian.
    3.Elevasi segmen ST yang khas (berbentuk konveks)
    Gelombang R mulai menghilang. Pada saat bersamaan, mulai terbentuk gelombang Q patologis. Pada 75% pasien, elevasi segmen ST yang khas ini terbentuk dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
    4. Inversi gelombang T
    Bila berlangsung lama dan tidak dilakukan reperfusi arteri koroner, elevasi segmen ST mulai menghilang kembali ke garis isoelek-trik. Bersamaan dengan itu, mulai timbul gambaran inversi gelombang T. Gelombang T dapat kembali normal dalam beberapa hari, minggu, atau bulan
    5. Morfologi segmen ST kembali normal
    Segmen ST biasanya stabil dalam 12 jam, kemudian mengalami resolusi sempurna setelah 72 jam. Elevasi segmen ST biasanya menghilang sempurna dalam 2 minggu pada 95% kasus infark miokardium inferior dan 40% kasus infark miokardium anterior. Elevasi segmen ST yang menetap setelah 2 minggu berhubungan dengan morbiditas yang lebih tinggi. Jika elevasi segmen ST menetap selama beberapa bulan, perlu dipikirkan kemungkinan adanya aneurisma ventrikel.

    BalasHapus
  5. ahmad sigit prabowo susanto 19.0603.004731 Maret 2020 pukul 02.14

    ahmad sigit prabowo susanto_19.0603.0047
    RENCANA KEPERAWATAN
    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung
    Tujuan
    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x7jam
    diharap curah jantung normal dengan kreteria:
    - Nyeri angina tidak ada
    - Klien dapat beraktivitas.
    - Tanda vital dalam batas normal.
    - Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
    - Tidak ada penurunan kesadaran
    Intervensi
    - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,lokasi, durasi)
    - Catat adanya disritmia jantung
    - Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
    - Monitor status kardiovaskuler
    - Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung, berikan terapi oksigen
    - Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
    - Monitor balance cairan
    - Monitor adanya perubahan tekanan darah
    - Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia


    BalasHapus
  6. siti ulfah 19.0603.004131 Maret 2020 pukul 02.21

    siti ulfah 19.0603.0041
    diagnosa keperawatan
    Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iskemik,
    penurunan suplai oksigen ke otot jaringan miokard).
    Tujuan.
    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x7 jam diharap nyeri berkurang/hilang dengan kreteria:
    - Klien dapat mengekspresikan bahwa nyeri
    berkurang/hilang
    - Tanda vital dalam batas normal.
    - Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk meningkatkan kenyamana
    - Klien dapat mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
    - Klien dapat beristirahat
    Intervensi.
    - Lakukan pengkajian secara komprehensif dengan PQRST
    - Gunakan teknik komunikasi terapiutik
    - Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
    - Gunakan teknik distraksi relaxasi
    - Observasi pasien tentang skala nyeri
    atau ketidaknyamanan
    - Gunakan tebel nyeri untuk memonitor nyeri terhadap efek pemberian obat
    - Kaji tentang kepercayaan, kebudayaan, terhadap nyeri pasien dan responnya.
    - Observasi nonverbal pasien terhadap ketidaknyamanan.
    - Observasi gejala yang berhubungan dengan dispnea, mual/muntah, pusing.
    - Evaluasi laporan nyeri pada leher, bahu, tangan/lengan khususnya sisi
    kiri.
    - Posisikan pasien pada istirahat total selama episode angina.


    BalasHapus
  7. gigih rahayu 19.0603.004631 Maret 2020 pukul 02.27

    Gigih Rahayu K
    Diangnosa keperawatan
    Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
    kesehatan
    Tujuan.
    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x7jam diharapkan kecemasan berkurang dengan kriteria hasil :
    - klien menyatakan ansietas menurun sampai tingkat
    yang dapat diatasi.
    - Klien menunjukkan strategi koping yang efektif
    - Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
    Intervensi.
    - Gunakan teknik komunikasi terapiutik - Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
    - Kaji ekspresi pasien terhadap takut :menolak, depresi, marah
    - Beritahu pasien tentang program medis yang telah dibuat untuk
    menurunkan serangan akan datang
    - Kaji tanda vital
    - Kaji orientasi pasien : orang, tempat dan waktu
    - Dorong keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
    - Dengarkan dengan penuh perhatian
    - Identifikasi tingkat kecemasan
    - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
    - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
    -Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi


    BalasHapus
  8. DWYKO ANDRIYANI_19.0603.004231 Maret 2020 pukul 02.34

    DWYKO ANDRIYANI_19.0603.0042
    Gangguan keseimbangan elektrolit : hipokalemia
    Tujuan : Terjadi keseimbangan elektrolit setelah intervensi 1 jam
    Kriteria hasil :
    a.TD normal (100/80 – 140/90 mmHg)
    b.Nadi kuat
    c.Klien mengatakan kelelahan berkurang
    d.Nilai K normal (3,8 – 5,0 mmmo/L)
    Intervensi.
    1.Pantau TD dan nadi lebih intensif
    R: penurunan Kalium dalam darah berpengaruh pada kontraksi jantung, dan hal ini mempengaruhi Td dan nadi klien, sehingga dengan memantau lebih intensif akan lebih waspada)
    2.Anjurkan klien untuk istirahat
    R: beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak berkontraksi melebihi kemampuannya
    3.Kolaborasi pemberian kalium : Kcl 15 mEq di oplos dengan RL (500 cc/24 jam) dan Pantau kecepatan pemberian kalium IV
    R: koreksi Kalium akan membantu menaikkan kadar Kalium dalam darah
    4.Evaluasi perubahan klien: TD, nadi, serum elektrolit, dan klinis
    R: untuk mengevaluasi terapi yang sudah diberikan dan untuk program intervensi selanjutnya)

    BalasHapus
  9. ratna dwi rahmawati_19.0603.0043
    Pemeriksaan Penunjang
    1 EKG (Electrocardiogram)
    Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.
    Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membaik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
    Gambaran spesifik pada rekaman EKG
    Daerah infark Perubahan EKG
    Anterior Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
    Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
    Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
    Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
    Ventrikel kanan Perubahan gambaran dinding inferior
    2. Tes Darah
    Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu keluar masuk aliran darah.
    Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB terdetekai setelah 6-8 jam, mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali menjadi normal setelah 24 jam berikutnya.
    LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.
    Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.
    Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
    Troponin T & I protein merupakan tanda paling spesifik cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)
    Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.
    Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama;
    peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.
    3. Coronary Angiography
    Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar X pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
    Kateter dimasukkan melalui arteri pada lengan atau paha menuju jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner
    Zat kontras yang terlihat melalui sinar X diinjeksikan melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu pemeriksa dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah dan jantung
    Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dapat dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.

    BalasHapus
  10. Hermas dyah paramita 19.0603.0037)
    Tatalaksana Pasien STEMI
    Pasien dari IGD/UGD dengan SKA dikirim ke ICCU/CVC untuk penatalaksanaan selanjutnya yaitu sebagaimana penatalaksanaan STEMI/IMA yakni sebagai berikut:
    a. Umum
    1) Pasang infus intravena: dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
    2) Pantau tanda vital: setiap ½ jam sampai stabil, kemudian tiap 4 jam atau sesuai dengan kebutuhan, catat jika frekuensi jantung < 60 kali/mnt atau > 110 kali/mnt; tekanan darah < 90 mmHg atau > 150 mmHg; frekuensi nafas < 8 kali/mnt atau > 22 kali/mnt.
    3) Aktifitas istirahat di tempat tidur dengan kursi commode di samping tempat tidur dan mobilisasi sesuai toleransi setelah 12 jam.
    4) Diet: puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung (kompleks karbohidrat 50-55% dari kalori, monounsaturated dan unsaturated fats < 30% dari kalori), termasuk makanan tinggi kalium (sayur, buah), magnesium (sayuran hijau, makanan laut) dan serat (buah segar, sayur, sereal).
    5) Medika mentosa :
    a) Oksigen nasal mulai 2 l/mnt: dalam 2-3 jam pertama; dilanjutkan jika saturasi oksigen arteri rendah (< 90%)
    b) Mengatasi rasa nyeri: Morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap lima menit sampai dosis total 20 mg, atau Petidin 25-50 mg intravena, atau Tramadol 25-50 mg intravena. Nitrat sublingual/patch, intravena jika nyeri berulang dan berkepanjangan.
    6) Terapi reperfusi (trombolitik) streptokinase atau tPa:
    a) Tujuan: door to needle time < 30 menit, door to dilatation < 60 mnt.
    b) Rekomendasi: Elevasi ST > 0,1 mV pada dua atau lebih sadapan ekstremitas berdampingan atau > 0,2 mV pada dua atau lebih sadapan prekordial berdampingan, waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12 jam, usia < 75 tahun; Blok cabang berkas (BBB) dan anamnesis dicurigai infark miokard akut.
    7) Antitrombotik :
    a) Aspirin (160-325 mg hisap atau telan) • Heparin direkomendasi pada:
    i. Pasien yang menjalani terapi revaskularisasi perkutan atau bedah.
    ii. Diberikan intravena pada pasien yang menjalani terapi reperfusi dengan alteplase: dosis yang direkomendasikan 70 UI/kgBB bolus pada saat mulai infus alteplase, dilanjutkan lebih dari 48 jam terbatas hanya pada pasien dengan risiko tinggi terjadi tromboemboli sistemik atau vena
    8) Mengatasi rasa takut dan cemas: diazepam 3 x 2-5 mg oral atau intravena.
    9) Obat pelunak tinja: laktulosa (laksadin) 2 x 15 ml.

    BalasHapus

  11. nurul fitri hidayati (19.0603.0039)
    PENGKAJIAN PRIMER
    1. Airways
    - Sumbatan atau penumpukan secret
    - Wheezing atau krekles
    2. Breathing
    - Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
    - RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
    - Ronchi, krekles
    - Ekspansi dada tidak penuh
    - Penggunaan otot bantu nafas
    3. Circulation
    - Nadi lemah , tidak teratur
    - Takikardi
    - TD meningkat / menurun
    - Edema
    - Gelisah
    - Akral dingin
    - Kulit pucat, sianosis
    - Output urine menurun

    PENGKAJIAN SEKUNDER.
    1. Aktifitas
    Gejala :
    - Kelemahan
    - Kelelahan
    - Tidak dapat tidur
    - Pola hidup menetap
    - Jadwal olah raga tidak teratur
    Tanda :
    - Takikardi
    - Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
    2. Sirkulasi
    Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
    Tanda :
    - Tekanan darah
    Dapat normal / naik / turun
    Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
    - Nadi
    Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
    - Bunyi jantung
    Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
    - Murmur
    Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
    - Friksi ; dicurigai Perikarditis
    - Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
    - Edema
    Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
    - Warna
    Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
    3. Integritas ego
    Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
    Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
    4. Eliminasi
    Tanda : normal, bunyi usus menurun.

    5. Makanan atau cairan
    Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
    Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
    6. Hygiene
    Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
    7. Neurosensori
    Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
    Tanda : perubahan mental, kelemahan
    8. Nyeri atau ketidaknyamanan
    Gejala :
    - Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
    - Lokasi :
    Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
    - Kualitas :
    “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
    - Intensitas :
    Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
    - Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
    9. Pernafasan:
    Gejala :
    - dispnea tanpa atau dengan kerja
    - dispnea nocturnal
    - batuk dengan atau tanpa produksi sputum
    - riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
    Tanda :
    - peningkatan frekuensi pernafasan
    - nafas sesak / kuat
    - pucat, sianosis
    - bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
    10. Interkasi social
    Gejala :
    - Stress
    - Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
    Tanda :
    - Kesulitan istirahat dengan tenang
    - Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
    - Menarik diri

    BalasHapus
  12. EVA APRILIA SAN ASHLIH 19.0603.0051
    Diagnosa Keperawatan :
    1.Defisit pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan
    kognitif, salah interpretasi informasi, kurang paparan
    NOC : proses penyakit, proses penyembuhan
    Kriteria Hasil : klien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang
    penyakit, prognosis dan program pengobatan
    NIC :
    1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
    proses penyakit yang spesifik
    2) Jelaskan patofisiologi tentang penyakit
    3) Gambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit

    BalasHapus
  13. Rafika Rahmawati 19.0603.0034
    Menentukan Lokasi kerusakan jantung
    Anterior:V1-V6
    Antero-septal:V1-V4
    Antero-Apikal:V3-V5
    Antero-Lateral:V4-V6
    Interior:II,III,aVf
    High Lateral:I,aVl
    Jika terdiagnosis adanya PJK,maka anda harus menentukan dimana lokasi PJK tersebut
    Jika ada gambaran PJK dilead V1-V6 maka letak PJK ada didinding anterior
    JIka ada gambaran PJK dilead V1-V4 maka letak PJK ada dididnding antero-septal
    Jika ada gambaran PJK dilead V3-V5,maka letak PJK ada di dinding antero-apikal jantung
    Jika ada gambaran PJK dilead V4-V6,maka letak PJK ada didinding antero-lateral jantung
    Jika ada gambaran PJK dilead II,III,aVf(2&3),maka letak PJK ada dididnding High-lateral jantung
    Untuk memenuhi kritera PJK,harus ada tanda PJK pada semua lead pasangan
    Misalnya:untuk mendiagnosis Injuri Antero-septal hrs ada ST-ELEVASI si V1-V4
    Jika hanya V1-V3,maka ini tidak memenuhi kriteria injuri antero-septal hingga tidak bermakna.

    BalasHapus
  14. Gambaran EKG yang khas pada STEMI
    1. Peningkatan segmen ST di V2 sampai V3
    # lebih dari 2mm(0,2mV) pada laki-laki
    # lebih dari 1,5(0,15mV) pada
    perempuan
    2. Peningkatan lebih dari 1mm(0,1mV) pada
    lebih dari sadapan dada lain atau
    sadapan lainnya yang berhubungan.

    BalasHapus
  15. Endah Sri Haryanti.19.060,0052
    Penatalaksanaan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
    1. Umum : Pasien dianjurkan istirahat total, Pasien puasa 4-6 jam, setelah pasien tidak ada keluhan nyeri dada dapat diit cair, Segera pasang IV line , Beri Oksigen , Nitral (cedocard) sublingual , Nitrogliserin oral atau infus (drip) , Aspirin 160 mg dikunyah , Pain killer (Morphine/Petidine) , Penderita dirawat di CVCU/ICCU, memerlukan monitor ketat
    2. Khusus : B Bloker Mengurangi konsumsi oksigen. Pilihan pada B Bloker non ISA. KI pada AV blok,Asma Bronkial,Severe LHF. Pemberian B bloker dapat menurunkan progresif AKS sekitar 13 %. ACE Inhibitor Hari pertama serangan, mampu menurunkan mortalitas fasca infark. Lipid Lowering Terapi (atorvastatin ) Trombolitik Terapi Pemberian Trombolitik terapi hanya pada Infrak dengan Gelombang Q (ST elevasi),sedang pada infark non Q dan APTS tidak ada manfaat pemberian trombolitk. Heparin UFH (unfraksional heparin), risiko perdarahan memerlukan monitor APTTT,dosis bolus 5000 IU,diikuti dengan infus 1000 IU/jam (2-2,5 x nilai APTT baseline). Low Molucle Weight Heparin (LMWH) lebih aman,risiko perdarahan kecil dan tidak memerlukan pemantauan APTT. Dosis sesuai dengan berat badan, 1 mg/kgBB. 1 Platelet Gliko Protein (GP) Iib/IIIa reseptor Bloker. Digunakan untuk pencegahan pembekuan darah lebih lanjut,fibrinolisis endogen dan mengurangi derajat stenosis.

    BalasHapus
  16. Munawar 19.0603.0057
    EKG (Electrocardiogram)
    Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membaik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
    Gambaran spesifik pada rekaman EKG
    Daerah infark Perubahan EKG
    Anterior Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
    Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
    Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
    Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
    Ventrikel kanan Perubahan gambaran dinding inferior

    Masalah Keperawatan Yang Muncul
    Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
    Intervensi Keperawatan Rasional
    Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
    Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.
    Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
    Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).
    Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.

    BalasHapus
  17. Dhian Dwi
    19.0603.0053

    Pemeriksaan diagnostik
    1. EKG
    STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut, meliputi : hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q pathologis, terbentuknya bundle branch block/ yang dianggap baru. Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi ≥ 2 mm pada 2 sadapan chest lead.
    NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment depresi ≥ 2 mm pada 2 sadapan chest lead.
    Gambaran EKG
    Pemeriksaan EKG memegang peranan penting dalam mendiagnosa AKS.Pemeriksaan tyang sederhana,murah tapi mempunyai nilai klinis yang tinggi. Pada APTS/ Non Q infark,perubahan berupa adanya ST segmen depresi atau T inversi. Hal ini harus dibedakan dengan tanda hipertropi ventrikel kiri.
    Pada akut infark dengan gelombang Q, didapat adanya ST segemen Elevasi,yang pada jam awal masih berupa hiperakut T (gelombang T tinggi ) yang kemudian berubah menjadi ST elevasi.
    Pada penderita dengan nyeri dada sementara ECG-nya normal menunjukkan besar kemungkinan nonkardiac pain. Sementara progonosis dengan perubahan ECG hanya T inverted lebih baik dari ST segmen depresi yang masuk dalam risiko tinggi.

    2. Enzim Jantung, yaitu : CKMB : dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai puncaknya pada 24 jam pertama, kembali normal setelah 2-3 hari.
    Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi 4-8 jam pasca infark
    LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai puncaknya
    setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.

    3. Elektrolit.
    Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misalnya hipokalemi, hiperkalemi.

    4. Sel darah putih
    Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.

    5. Kecepatan sedimentasi
    Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.

    6. AGD
    Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.

    7. Kolesterol atau Trigliserida serum
    Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.

    8. Rontgen Dada
    Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.

    9. Ekokardiogram
    Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
    ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.

    10. Pemeriksaan pencitraan nuklir
    Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal lokasi atau luasnya AMI.
    Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik

    11. Pencitraan darah jantung (MUGA)
    Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).

    12. Angiografi coroner
    Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
    dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
    fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).

    13. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
    Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.

    14. Tes stress olah raga
    Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuha

    BalasHapus
  18. Stefani danik.19.0603.0048
    Penyakit yang termasuk dalam sindroma koroner akut adalah :
    1. Angina pektoris tak stabil
    Angina pektoris adl nyeri dada intermiten yg disebabkan oleh iskemia miokardium yg reversibel dan sementara. Terbagi atas 3 varian : angina pektoris tipikal(stabil), angina pektoris prinzmetal (varian) dan angina pektoris tak stabil. (Kumar,2007)
    Angina pektoris tak stabil ditandaidengan nyeri angina yang frekuensinya meningkat. Serangan cenderung dipicu oleh olahraga ringan dan serangan lebih intens dan berlangsung lebih lama dari angina pektoris stabil. Angina pektoris tak stabil merupakan tanda awal dari iskemia miokardium yg lebih seriusdan ireversibel sehingga disebut angina pra infark. Dipicu oleh perubahan akut pd plak disertai trombosis parsial,embolisasi distal, trombus dan vasospasme
    2. Infark miocard dg elevasi ST (stemi)
    Terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pd plak arterosklerosik yg sudah ada sebelumnya. Stemi terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pd lokasi injury vaskuler, dimana injury ini dicetuskan oleh faktor faktor seperti merokok, hipertensi,DM, dislipidemia dan riwayat penyakit jantung koroner keluarga. Infark terjadi jika plak artero sklerosis mengalami fisur,ruptur, atau ulserasi. Jika kondisi lokal atau sistemik memicutrombogenesis, sehingga terjaditrombus mural pada lokasi ruptur mengakibatkan oklusi arteri koroner.
    3. Infark miokard akut tanpa elevasi ST
    Disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau penibgkatan kebutuhan oksigenmiokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tdk stabil. Tanda dan gejala nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau diepigastrium dengan ciri diperas, seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat dan tertekan. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis, sinkope, atau nyeri dilengan, epigastrium, bahu atas dan leher.

    BalasHapus
  19. Stefani danik.19.0603.0048
    Penyakit yang termasuk dalam sindroma koroner akut adalah :
    1. Angina pektoris tak stabil
    Angina pektoris adl nyeri dada intermiten yg disebabkan oleh iskemia miokardium yg reversibel dan sementara. Terbagi atas 3 varian : angina pektoris tipikal(stabil), angina pektoris prinzmetal (varian) dan angina pektoris tak stabil. (Kumar,2007)
    Angina pektoris tak stabil ditandaidengan nyeri angina yang frekuensinya meningkat. Serangan cenderung dipicu oleh olahraga ringan dan serangan lebih intens dan berlangsung lebih lama dari angina pektoris stabil. Angina pektoris tak stabil merupakan tanda awal dari iskemia miokardium yg lebih seriusdan ireversibel sehingga disebut angina pra infark. Dipicu oleh perubahan akut pd plak disertai trombosis parsial,embolisasi distal, trombus dan vasospasme
    2. Infark miocard dg elevasi ST (stemi)
    Terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pd plak arterosklerosik yg sudah ada sebelumnya. Stemi terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pd lokasi injury vaskuler, dimana injury ini dicetuskan oleh faktor faktor seperti merokok, hipertensi,DM, dislipidemia dan riwayat penyakit jantung koroner keluarga. Infark terjadi jika plak artero sklerosis mengalami fisur,ruptur, atau ulserasi. Jika kondisi lokal atau sistemik memicutrombogenesis, sehingga terjaditrombus mural pada lokasi ruptur mengakibatkan oklusi arteri koroner.
    3. Infark miokard akut tanpa elevasi ST
    Disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau penibgkatan kebutuhan oksigenmiokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tdk stabil. Tanda dan gejala nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau diepigastrium dengan ciri diperas, seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat dan tertekan. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis, sinkope, atau nyeri dilengan, epigastrium, bahu atas dan leher.

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  21. Hery Pornomo 19.0603.0045

    Diagnosa Keperawatan yang muncul pada SKA

    1. Nyeri dada b.d. penurunan suplay oksigen ke miokard sekunder terhadap IMA

    Tujuan :
    Klien dapat beradaptasi dengan nyeri setelah mendapat perawatan 1x24 jam
    Nyeri berkurang setelah intervensi selama 10 menit

    Kriteria hasil :
    a. Skala nyeri berkurang
    b. Klien mengatakan keluhan nyeri berkurang
    c. Klien tampak lebih tenang

    Intervensi :
    1. Anjurkan klien untuk istirahat
    (R: istirahat akan memberikan ketenangan sebagai salah satu relaksasi klien sehingga rasa nyeri yang dirasakan berkurang, selain itu dengan beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak berkontraksi melebihi kemampuannya)
    2. Motivasi teknik relaksasi nafas dalam
    (R: relaksasi napas dalam adalah salah satu teknik relaks dan distraksi, kondisi relaks akan menstimulus hormon endorfin yang memicu mood ketenangan bagi klien)
    3. Kolaborasi analgesik ASA 1 x 100 mg
    (R: Analgesik akan mengeblok nosireseptor, sehingga respon nyeri klien berkurang)
    4. Evaluasi perubahan klien: Nadi, TD, RR, skala nyeri, dan klinis
    (R: mengevaluasi terapi yang sudah diberikan)


    2. Penurunan curah jantung
    Tujuan: Curah jantung meningkat setelah untervensi selama 1 jam

    Kriteria hasil :
    a. TD normal, 100/80 -140/90
    b. Nadi kuat, reguler

    Intervensi :
    1. Berikan posisi kepala (lebih tinggi dari ekstrimitas)
    (R: posisi kepala lebih tinggi dari ekstremitas (30 o) memperlancar aliran darah balik ke jantung, sehingga menghindari bendungan vena jugular, dan beban jantung tidak bertambah berat)
    2. Motivasi klien untuk istirahat (bed rest)
    (R: beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak berkontraksi melebihi kemampuannya)
    3. Berikan masker non reservoir 8 lt/mnt
    (R: pemberian oksigen akan membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh)
    4. Kolaborasi medikasi: Pemberian vasodilator captopril, ISDN, Pemberian duretik furosemid
    (R: vasodilator dan diuretic bertujuan untuk mengurangi beban jantung dengan cara menurunkan preload dan afterload)
    5. Evaluasi perubahan: TD, nadi, dan klinis
    (R: mengevaluasi terapi yang sudah diberikan dan sebagai perbaikan intervensi selanjutnya)


    3. Gangguan keseimbangan elektrolit : hipokalemia

    Tujuan : Terjadi keseimbangan elektrolit setelah intervensi 1 jam

    Kriteria hasil :
    a TD normal (100/80 – 140/90 mmHg)
    b Nadi kuat
    c Klien mengatakan kelelahan berkurang
    d Nilai K normal (3,8 – 5,0 mmmo/L)

    Intervensi :
    1. Pantau TD dan nadi lebih intensif
    (R: penurunan Kalium dalam darah berpengaruh pada kontraksi jantung, dan hal ini mempengaruhi Td dan nadi klien, sehingga dengan memantau lebih intensif akan lebih waspada)
    2. Anjurkan klien untuk istirahat
    (R: beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak berkontraksi melebihi kemampuannya)
    3. Kolaborasi pemberian kalium : Kcl 15 mEq di oplos dengan RL (500 cc/24 jam) dan Pantau kecepatan pemberian kalium IV
    (R: koreksi Kalium akan membantu menaikkan kadar Kalium dalam darah)
    4. Evaluasi perubahan klien: TD, nadi, serum elektrolit, dan klinis
    (R: untuk mengevaluasi terapi yang sudah diberikan dan untuk program intervensi selanjutnya)

    BalasHapus
  22. DIAGNOSA YANG MUNCUL PADA SKA
    1.GANGGUAN PERFUSI JARINGAN BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK,KERUSAKAN OTOT JANTUNG,PENYEMPITAN /PENYUMBATAN PEMBULUH DARH ARTERI KORONARIA,ditandai dengan:
    - Daerah perifer dingin
    - EKG elevasi segmen ST & Q patologi pada lead tertentu.
    - Rr lebih dari 24x/menit
    - Kapiler refill lebih dari 3 detik
    - nyeri dada
    - Gambaran foto thorax terdapat pembesaran jantung & kongestif paru(tidak selalu )
    - Hr lebih dari 100x/menit
    TD >/ 120/80 mmhg
    AGD dg : pa O2 , 80 Mghg
    pa CO2 >/ 45 mghg dan saturasu < 80mghg
    Nadi lebih dari 100x/menit.


    TUJUAN:

    Gangguan perfusi berkurang/tidak meluas selama dilakukan tindakan
    keperawatan 2X 24 jam di Rumah Sakit
    dengan kriteria hasil :
    - Daerah perifer hangat
    - Tidak cyanosis
    - Gambaran EKG tidak menunjukkan perluasan infark
    - RR: 16-24X/menit
    - Tidak terjadi clubbing fingger
    - Kapiler refill 3-5 detik
    - Nadi:60-100X/menit
    - Tekanan darah 120/80 mmhg
    - Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
    - Ukur baluaran urin dan catat berat jenisnya
    - Kolaborasi: berikan cairan IV I sesuai indikasi
    - Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratarium.
    misal : EKG,elektrolit,GDA(paO2,pa CO2 dan saturasi O2)
    dan pemberian oksigen

    BalasHapus
  23. Gambaran EKG 12 lead:
    -Non Stemi: ST depresi
    -STEMI: ST segmen elevasi 1mm/ lebih dari dua atau lebih lead yang berdekatan.
    -Ketika dinding anterior ventrikel kiri yang terkena maka lead akan menunjukkan perubahan pada V1,V2,V3,V4. Perubahan resiprokal II,III, dan aVF. Potensi komplikasi yang mungkin terjadi adalah gagal jantung ventrikel kiri dan syok kardiogenik
    - ketika area dinding lateral ventrikel yang terkena, maka lead yang menunjukkan perubahan adalah I,aVL,V5,V6. Oerubahan resiprokal II,III,aVF
    -ketika inferior dan/ posterior ventrikel kiri maka lead yang menunjukkan perubahan adalah lead II,III,aVF. Perubahan resiprokal I dan aVL. Potensi komplikasi yang mungkin terjadi adalah bradikardi, berbagai derajad AV blok
    -ketika bagian jantung inferior ventrikel kiri yang terkena,lead yg menunjukkan perubahan adalah lead II,III, dan aVF.

    Bagian jantung:
    V1,V2: septal
    I,aVL,V5,V6: high lateral
    II,III,aVF: inferior
    V3,V4: anterior

    BalasHapus
  24. DIAGNOSA YANG MUNCUL PADA SKA
    1.GANGGUAN PERFUSI JARINGAN BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK,KERUSAKAN OTOT JANTUNG,PENYEMPITAN /PENYUMBATAN PEMBULUH DARH ARTERI KORONARIA,ditandai dengan:
    - Daerah perifer dingin
    - EKG elevasi segmen ST & Q patologi pada lead tertentu.
    - Rr lebih dari 24x/menit
    - Kapiler refill lebih dari 3 detik
    - nyeri dada
    - Gambaran foto thorax terdapat pembesaran jantung & kongestif paru(tidak selalu )
    - Hr lebih dari 100x/menit
    TD >/ 120/80 mmhg
    AGD dg : pa O2 , 80 Mghg
    pa CO2 >/ 45 mghg dan saturasu < 80mghg
    Nadi lebih dari 100x/menit.


    TUJUAN:

    Gangguan perfusi berkurang/tidak meluas selama dilakukan tindakan
    keperawatan 2X 24 jam di Rumah Sakit
    dengan kriteria hasil :
    - Daerah perifer hangat
    - Tidak cyanosis
    - Gambaran EKG tidak menunjukkan perluasan infark
    - RR: 16-24X/menit
    - Tidak terjadi clubbing fingger
    - Kapiler refill 3-5 detik
    - Nadi:60-100X/menit
    - Tekanan darah 120/80 mmhg
    - Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
    - Ukur baluaran urin dan catat berat jenisnya
    - Kolaborasi: berikan cairan IV I sesuai indikasi
    - Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratarium.
    misal : EKG,elektrolit,GDA(paO2,pa CO2 dan saturasi O2)
    dan pemberian oksigen

    BalasHapus
  25. DIAGNOSA YANG MUNCUL PADA SKA
    1.GANGGUAN PERFUSI JARINGAN BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK,KERUSAKAN OTOT JANTUNG,PENYEMPITAN /PENYUMBATAN PEMBULUH DARH ARTERI KORONARIA,ditandai dengan:
    - Daerah perifer dingin
    - EKG elevasi segmen ST & Q patologi pada lead tertentu.
    - Rr lebih dari 24x/menit
    - Kapiler refill lebih dari 3 detik
    - nyeri dada
    - Gambaran foto thorax terdapat pembesaran jantung & kongestif paru(tidak selalu )
    - Hr lebih dari 100x/menit
    TD >/ 120/80 mmhg
    AGD dg : pa O2 , 80 Mghg
    pa CO2 >/ 45 mghg dan saturasu < 80mghg
    Nadi lebih dari 100x/menit.


    TUJUAN:

    Gangguan perfusi berkurang/tidak meluas selama dilakukan tindakan
    keperawatan 2X 24 jam di Rumah Sakit
    dengan kriteria hasil :
    - Daerah perifer hangat
    - Tidak cyanosis
    - Gambaran EKG tidak menunjukkan perluasan infark
    - RR: 16-24X/menit
    - Tidak terjadi clubbing fingger
    - Kapiler refill 3-5 detik
    - Nadi:60-100X/menit
    - Tekanan darah 120/80 mmhg
    - Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
    - Ukur baluaran urin dan catat berat jenisnya
    - Kolaborasi: berikan cairan IV I sesuai indikasi
    - Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratarium.
    misal : EKG,elektrolit,GDA(paO2,pa CO2 dan saturasi O2)
    dan pemberian oksigen

    BalasHapus
  26. Aena'ul Mardiyah. NPM 19.0603.0040
    DIAGNOSA YANG MUNCUL PADA SKA:
    1.GANGGUAN PERFUSI JARINGAN BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK,KERUSAKAN OTOT JANTUNG,PENYEMPITAN /PENYUMBATAN PEMBULUH DARH ARTERI KORONARIA,ditandai dengan:
    - Daerah perifer dingin
    - EKG elevasi segmen ST & Q patologi pada lead tertentu.
    - Rr lebih dari 24x/menit
    - Kapiler refill lebih dari 3 detik
    - nyeri dada
    - Gambaran foto thorax terdapat pembesaran jantung & kongestif paru(tidak selalu )
    - Hr lebih dari 100x/menit
    TD >/ 120/80 mmhg
    AGD dg : pa O2 , 80 Mghg
    pa CO2 >/ 45 mghg dan saturasu < 80mghg
    Nadi lebih dari 100x/menit.


    TUJUAN:

    Gangguan perfusi berkurang/tidak meluas selama dilakukan tindakan
    keperawatan 2X 24 jam di Rumah Sakit
    dengan kriteria hasil :
    - Daerah perifer hangat
    - Tidak cyanosis
    - Gambaran EKG tidak menunjukkan perluasan infark
    - RR: 16-24X/menit
    - Tidak terjadi clubbing fingger
    - Kapiler refill 3-5 detik
    - Nadi:60-100X/menit
    - Tekanan darah 120/80 mmhg
    - Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
    - Ukur baluaran urin dan catat berat jenisnya
    - Kolaborasi: berikan cairan IV I sesuai indikasi
    - Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratarium.
    misal : EKG,elektrolit,GDA(paO2,pa CO2 dan saturasi O2)
    dan pemberian oksigen


    BalasHapus
  27. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
    - Telkomsel
    - XL axiata
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.IONPK.CLUB :-*
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus

Pulseless Electrical Activity (PEA) dan Asistol

PEA merupakan irama jantung yang bukan ventrikel fibrilasi (VF), bukan ventrikel takikardi dan bukan asistol pada pasien tanpa nadi. B...