Senin, 09 Maret 2020

TANAH LONGSOR



Pengertian
Terdapat banyak ahli yang mendefinisikan tentang tanah longsor. Salah satunya yaitu Cruden (1991) mengatakan tanah longsor merupakan pergerakan suatu massa batuan, tanah, atau bahan rombakan meterial penyusun lereng (yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng.

Penyebab
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. 
Tanah longsor memiliki beberapa penyebab:
  • Jenis Tanah
Tanah yang mempunyai tekstur renggang, lembut yang sering disebut tanah lempung atau tanah liat dapat menyebabkan longsoran. Apa lagi ditambahan pada saat musin penghujan kemungkinan longsor akan lebih besar pada tanah jenis ini. Hal ini dikarenakan ketebalan tanah tidak lebih dari 2,5 m dengan sudut lereng 22 derajat. Selain itu kontur tanah ini mudah pecah jika udara terlalu panas dan menjadi lembek jika terkena air yang mengakibatkan rentan pergerakan tanah.
  • Curah Hujan 
Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
  • Kemiringan Lereng 
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan itu memperbesar energi angkut air.
Klasifikasi kemiringan lereng untuk pemetaan ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria diantaranya yaitu lereng datar dengan kemiringan 0-8%, landai berombak sampai bergelombang dengan kemiringan 8-15%, agak curam berbukit dengan kemiringan 15-25%, curam sampai sangat curang 25- 40%, sangat curam dengan kemiringan >40%. Wilayah yang kemiringan lereng antara 0-15% akan stabil terhadap kemungkinan longsor, sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi longsor pada kawasan rawan gempa bumi semakin besar.
  • Penggunaan Lahan 
Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian, dan permukiman. Permukiman yang menutupi lereng dapat mempengaruhi penstabilan yang negatif maupun positif. Sehingga tanaman yang disekitarnya tidak dapat menopang air dan meningkatkan kohesi tanah, atau sebaliknya dapat memperlebar keretakan dalam permukaan baruan dan meningkatkan peresatan.
Penggunaan lahan seperti persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama. 
  • Getaran 
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak. 
  • Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220ᵒ mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
  • Adanya beban tambahan 
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah
  • Pengikisan/Erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
  • Adanya material timbungan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah. 
Tanah Longsor terjadi jika dipenuhi tiga keadaan, yaitu: 
  • Kelerengan yang curam,
  • Terdapat bidang peluncur di bawah permukaan tanah yang kedap air. 
  • Terdapat cukup air (dari hujan) di dalam tanah di atas lapisan kedap, sehingga tanah jenuh air. Air hujan yang jatuh dari di atas permukaan tanah kemudian menjenuhi tanah sangat menentukan kestabilan lereng, yaitu menurunnya tanah sangat menentukan kestabilan lereng, menurunnya ketahanan geser tanah (t) yang jauh lebih besar dari penurunan tekanan geser tanah (s), sehingga faktor keamanan lereng (F) menurun tajam (F=t/s), menyebabkan lereng rawan longsor.
Hasil gambar untuk gelincir karnawati
Proses Terjadinya Tanah Longsor 
Pergerakan massa anah/batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi pengaruh antara beberapa kondisi yang meliputi geologi, morfologi, struktur geologi, hidrogeologi dan tata guna lahan. kondisi- kondisi tersebut saling berpengaruh sehingga mewujutkan suatu kondisi lereng yang mempunyai kecendurungan atau berpotensi untuk begerak (Karnawati, 2005). Kondisi lereng demikian disebut kondisi rentan untuk bergerak. Jadi, pengertian rentan disini berarti berpotensi atau kecenderungan untuk bergerak namun belum mengalami gerakan.
Proses dan tahapan terjadinya gerakan tanah secara sistematik dapat digambarkan sebagai berikut:
Hasil gambar untuk terjadinya gerakan tanah karnawati
Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa terjadinya proses gerakan tanah melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap stabil
2. Tahap rentan
3. Tahap kritis
4. Tahap bener-benar bergerak
Gambar di atas juga menunjukan bahwa penyebab gerakan tanah dapat dibedakan faktor pengontrol (faktor-faktor yang mengkondisikan suatu lereng menjadi rentan atau siap bergerak). Penyebab langsung yang berupa pemicu yaitu proses-proses yang merubah kondidi lereng dari kondisi rentan atau siap bergerak menjadi kondisi benar-benar bergerak setelah melampaui kondisi kritis.
Menurut proses terjadinya (Swanston dan Swanson, 1980) tanah longsor dikelompokkan menjadi jatuhan, longsor, aliran, rayapan, dan bandang. Masingmasing tipe terjadi pada medang dengan karateristik yang berbeda satu dengan yang lain, hal ini karena bencana tanah longsor disebabkan oleh beberapa faktor.
Hasil gambar untuk klasifikasi longsor

Dampak Tanah Longsor
A. Dampak positif

  1. Tanah longsor menumbuhkan motivasi kepada masyarakat untuk waspada terhadap bencana longsor susulan ataupun bencana yang lain.
  2. Meningkatkan rasa peduli terhadap korban bencana dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan.
  3. Meningkatkan kesadaran diri supaya tidak melakukan penebangan hutan, memperluas lahan ataupun pemanfaatan hutan yang merugikan.
  4. Motivasi dan penelitian oleh ahli geologi tentang penyebab tanah longsor.
  5. Sadar akan pentingnya peran manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup. 
  6. Melestarikan hutan untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam hutan itu sendiri.
  7. Sadar akan manfaat hutan lindung bagi keselamatan makhluk hidup di dunia ini.
B. Dampak Negatif
1. Korban Jiwa
Masyarakat akan merasa kesulitan ketika bencana Tanah longsor, karena terjadi secara mendadak dan kadang kala tidak ada gejala akan terjadinya bencana tersebut. Kebanyakan bencana alam terjadi di dunia ini memakan korban jiwa, salah satunya bencana tanah longsor ini. Bencana pada umumnya terjadi ketika hujan lebat dan masyarakat pasti berteduh dirumah masing-masing. Sementara itu, tanah longsor merupakan bencana alam yang datang secara tiba-tiba seperti halnya tsunami . Kemungkinannya sangat kecil ketika terjadi bencana tersebut dan masyarakat mau menyelamatkan diri. Semakin meningkatnya korban jiwa akibat bencana alam tanah longsor ini, juga berdampak mengurangi sumber daya manusia yang mempunyai potensi. Ketika bencana longsor terjadi sebenarnya kita dapat meminta bantuan terhadap relawan SAR yang mempunyai potensi sumber daya manusia dalam bidang tersebut.
Para relawan pun juga kesulitan dalam mengevakuasi korban dari bencana tersebut, karena tidak semudah yang dibayangkan. Dalam mengevakuasi harus berhati-hati karena posisi korban tertimbun tanah. Selain mereka kesulitan dalam mengevakuasi, mereka juga harus waspada jika ada longsor susulan. Hal tersebut menyebabkan menghambat proses evakuasi yang kadang kala korban berhasil dievakuasi hingga berhari-hari.

2. Kehilangan Tempat Tinggal
Hal yang juga akan dialami oleh masyarakat adalah kehilangan tempat tinggal. Rumah masyarakat yang disekitar terasering sebenarnya menjadi perhatian khusus, karena kemungkinan besar rawan longsor. Pengertian terasering yang dimaksud tersebut sebenarnya tidak semua jenis lahan terasering, hanya yang mempunyai kemiringan yang melebihi batas saja. Ketika terjadi bencana longsor, rumah penduduk yang akan rusak bahkan hancur yang berada di daerah lereng terlebih dahulu.
Penyebab utama hal tersebut, karena tanah yang dekat dengan lereng itu mudah mengalami pergeseran setiap waktu. Pergeseran tanah di daerah lereng terjadi tidak hanya pada musim hujan, namun di musim kemarau pula. Sehingga ketika musim hujan tiba, rongga tanah akibat pergeseran di musim kemarau terisi air dan longsor dengan cepat. Sekuat apapun cakar ayam sebuah rumah di daerah lereng, kemungkinan besar tetap tidak bisa bertahan atau pun kokoh.
3. Terputus Jalur Transportasi
Disamping merugikan masyarakat sekitarnya, juga merugikan masyarakat luar daerah yang sedang melakukan perjalanan dan melintas di area tersebut. Hal itu terjadi ketika kejadian bencana itu disekitar jalur transportasi, terutama yang sering digunakan para pengemudi kendaraan. Jalur transportasi yang berada disekitar perbukitan, lembah, hutan dan pegunungan itu sering terjadi pengalihan jalur karena terjadi bencana lonsor.
4. Perekonomian Tersendat
Yang dimaksud dengan perekonomian tersendat, saat tanah longsor terjadi tentunya akan merusak sumber mata pencaharian para warga. Ketika hal itu terjadi, alur perekonomian mulai terputus, seorang produsen tidak dapat memproduksi barang dagangannya lagi. Sedangkan konsumen mempunyai kebutuhan yang aktif selalu, neraca perekonomian masyarakat mulai terputus karena dampak bencana ini. Sumber daya alam yang biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari juga semakin berkurang, karena punah terkena dampak bencana ini.
5. Rusaknya Infrastruktur
Bencana ini juga berakibat fatal pada infrastruktur terutama pada pemukiman penduduk disekitar tanah longsor itu. Pemukiman masyarakat tentu akan mengalami kerusakan sesuai berdasarkan separah apa kejadian longsor tersebut. Selain itu, berdampak pula pada kerusakan sarana kesehatan, pendidikan serta tempat peribadatan. Jika dihitung materi, selain memakan korban jiwa yang banyak juga sangat merugikan dalam hal materi. Terutama bagi masyarakat sekitar daerah tanah longsor tersebut.
6. Trauma Psikis
Bencana longsor tidak hanya menimbulkan kerugian fisik, namun juga menimbulkan kerugian psikis bagi masyarakat sekitar. Pada umumnya makhluk hidup didunia ini, terutama manuasia mempunyai mental seseorang berbeda-beda, ada yang tidak bisa menerima keadaan yang terjadi pada dirinya, keluarganya atau pun orang terdekat. Akibat tanah longsor dapat membahayakan kondisi psikis masyarakat sekitar,karena kurangnya pengetahuan dapat menjadi diri sendiri (fisik dan psikis). Salah satu bentuk trauma psikis masyarakat menjadi bingung, dimana akan tinggal, bagaimana melangsungkan kehidupannya tanpa rumah dan lahan pertaniannya.
7. Harga Tanah Turun
Ketika berbicara harga tanah tentunya juga berbicara tentang alih fungsi tanah dikarenakan tanah tersebut didaerah yang kurang menguntungkan. Akibat bencana tanah longsor, tanah yang mestinya perekonomian masyarakat atau pun untuk lahan pekerjaan malah lahan tersebut dikosongkan. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kerugian yang besar. Kadang karena masyarakat belum paham tentang ciri-ciri lahan basah, seringkali membeli tanah yang kiranya dapat harga murah dan bisa di tanami padi. Namun tidak lama terjadi longsor di lahan tersebut yang membuat pemilik harus menjualnya kembali. Karena pemilik tidak ingin menanggung resiko dan berfikir bahwa lahan tersebut sudah tidak ada gunanya lagi. Maka dari itu sebelum tanah tersebut longsor dan harga tanah turun, masyarakat juga harus paham tentang cara melestarikan tanah agar lubang pori-pori tidak terlalu dalam dan tanah tersebut padat.
8. Keselamatan Masyarakat Sekitar Terancam
Masyarakat yang awalnya nyaman dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari akan berubah drastis menjadi tidak tenang, karena keselamatannya terancam oleh bencana longsor ini. Mereka menjadi ragu ketika akan melakukan aktivitas seperti biasanya, apalagi ketika cuaca yang sudah berawan hitam dan ada tanda-tanda akan hujan lebat. Masyarakat yang lahan sekitarnya rawan bencana tentunya juga harus paham tentang jenis-jenis hujan yang mengamcam keselamatan mereka. Disisi lain hujan juga bisa dimanfaatkan, dan masyarakat juga harus paham tentang pemanfaatan air hujan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
9. Rusaknya Sanitasi Lingkungan
Sanitasi atau pembudayaan hidup bersih ini menjadi perihal utama masyarakat untuk menjaga keutuhan planet bumi ini dari bencana alam. Salah satu bentuk sanitasi ini adalah menjaga saluran air dan pengendalian pencemaan air untuk mengurangi kerusakan sanitasi lingkungan. Masyarakat sekitar juga perlu belajar tentang sumber daya alam yang dapat diperbaharui agar teringat akan pentingnya air untuk melangsungkan kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pulseless Electrical Activity (PEA) dan Asistol

PEA merupakan irama jantung yang bukan ventrikel fibrilasi (VF), bukan ventrikel takikardi dan bukan asistol pada pasien tanpa nadi. B...