Jumat, 17 April 2020

Pulseless Electrical Activity (PEA) dan Asistol

Pulohealth #15: Skedul Memberi Kuliah Cara Pembacaan EKG — Steemit

Pea 4 rationale 1


PEA merupakan irama jantung yang bukan ventrikel fibrilasi (VF), bukan ventrikel takikardi dan bukan asistol pada pasien tanpa nadi. Bentuk irama PEA dapat berkisar antara irama sinus, berbagai bentuk takikardi atau bradikardi, hingga irama idioventrikuler pada pasien tanpa nadi. Adanya aktifitas listrik di jantung namun tidak ada kontraksi jantung atau curah jantung yang mana hal tesebut dapat menjelaskan mengapa pasien tersebut dalam kondisi tanpa nadi. Jika PEA tidak ditangani akan mengakibatkan terjadinya asistol. Kunci manajemen PEA adalah mengkoreksi penyebab reversibel yang harus anda ketahui. Tanpa adanya penyebab reversibel, PEA, seperti halnya asistol akan memiliki prognosis yang buruk.

Algoritme Asistol / PEA

Pertimbangan penyebab yang reversibel (4H 5T) 
Hipovolemia Tablets (obat – obatan, OD, kecelakaan)
Hidrogen ion – asidosis  Tamponade, cardiac 
Hiper-/hipokalemia  Tension pneumothorax 
Hipotermia Thrombosis, koroner (ACS)
Thrombosis, (Emboli pulmonal)

Pada gambar tersebut menunjukkan algoritme pasien asistol/ PEA. Dari atas dijelaskan, algoritme dimulai dengan bantuan hidup dasar dengan menilai respon, mengaktifasi tim code blue, meminta defibrilator, membuka jalan nafas, menilai nadi dan melakukan kompresi dada. Untuk menghindari keterlambatan mulai kompresi dada, 2 kali nafas bantuan awal dihilangkan dari algoritma.
Pada saat defibrilator telah tersedia, tempelkan lead dan nilai irama dengan segera. Jika monitor menunjukkan asistol, lakukan konfirmasi dengan mengganti monitor irama ke lead lainnya dan hindari sentuhan ke tubuh pasien untuk mencegah terjadinya gerakan artifak. Jika monitor menunjukkan irama yang bukan VT atau VF, dan nadi pasien masih tidak teraba, maka irama yang menyebabkan pasien kolaps adalah PEA. Lanjutkan kompresi dada selama 1 – 2 menit.
Akses intravena harus terpasang dan berikan infus NS. Adrenalin 1 mg IV harus diberikan setelah kompresi dada untuk memastikan obat dapat bersirkulasi. Adrenalin diulang tiap 3 – 5 menit. Atropine dan natrium bikarbonat IV tidak lagi direkomendasikan untuk asistol atau PEA.
Amankan jalan nafas dan respirasi pasien dengan intubasi jika diperlukan, dan berikan dukungan ventilasi tekanan positif. Percobaan intubasi seharusnya tidak mengganggu kompresi dada. 
Setelah RJP selama 1 – 2 menit, nilai kembali irama. Jika masih asistol atau PEA, ulangi tindakan di atas. Jika terdapat perubahan pada irama, cek nadi dan segera berikan respon. 
Keputusan penghentian resusitasi tergantung pada protokol rumah sakit lokal.  

Catatan: 
- Defibrilasi TIDAK diindikasikan pada manajemen PEA atau asistol. 
- Pemimpin tim mencari penyebab reversibel PEA (5H dan 5T). 5 H adalah hipovolemia, hipoksia, asidosis, hiper dan hipokalemia, dan hipotermia. 5T adalah : tablets, tamponade, tension pneumothorax, sindrome koroner akut, dan emboli pulmonal. 

Pada asistol tidak ditemukan gambar irama EKG. Asistol primer disebabkan karena iskemia atau degenerasi nodus sinoatrial atau sistem konduksi AV. Refleks bradysistol/asistol dapat merupakan akibat operasi mata, blok retrobulbar, trauma mata, sindrom hipersensitif sinus carotid atau neuralgia glossopharyngeal.. Sedangkan asistol sekunder muncul ketika faktor dari luar menyebabkan kegagalan depolarisasi internal jantung. Kadang keadaan asistol mengikuti kondisi Ventricular Fibrilasi (VF) yang tidak mendapatkan defibrilasi atau kegagalan dalam defibrilasi.  
Sedangkan kondisi Pulseless Electrical Activity (PEA), muncul gambar irama gelombang pada EKG, tapi tak ada nadi yang teraba. Penyebab potensial PEA antara lain: emboli paru, infark miokard, asidosis, tension pneumothorax, hiper/hipokalemia, tamponade jantung, hipovolemia, hipoksia, hipotermia, overdosis obat (antidepresan, beta-blocker, calcium chanel-blocker, digoxin). PEA sering disebabkan oleh kondisi reversible dan dapat ditangani bila kondisi ini dapat diidentifikasi dan terkoreksi.
Penanganan asistol dan PEA tidak berhasil dengan defibrilasi. Fokus penanganan adalah dengan melakukan resusitasi jantung dna paru dengan interupsi minimal dan untuk mengidentifikasi penyebab reversible yang dapat menjadi faktor penyebab komplikasi lebih lengkap.
Penanganan cardiac arrest yang disebabkan oleh asistol dan PEA dapat dilihat dalam algoritma di bawah ini:
Algoritma Penatalaksanaan Asistole

Algoritma Penatalaksanaan PEA

Terapi spesifik 
Kunci terapi spesifik pada kasus ini adalah riwayat penyakit, anamnesis kejadian yang mengarah ke henti jantung, pemeriksaan fisik, EKG dan kadang hasil laboratorium. 
Sebagai contoh, apakah pasien yang pucat mengalami perdarahan dari saluran cerna atau akibat robekan pada aorta atau luka intra abdominal yang mengakibatkan hipovolemia dan henti jantung? Resusitasi cairan diperlukan pada keadaan tersebut. Apakah pasien tersebut mengalami distres pernapasan berat dan hipoksia yang memerlukan ventilasi penyelamatan atau intubasi? Apakah pasien KAD atau gagal ginjal asidotik memerlukan natrium bikarbonat? Jika didapatkan hipokalemia atau hiperkalemia, lakukan koreksi secara agresif. Hipotermia kadang terlihat pada pasien tenggelam. Resusitasi dan penghangatan kembali harus dilanjutkan hingga suhu basal tubuh lebih dari 35 derajat celsius sebelum resusitasi dihentikan.
Di Singapura, overdosis obat yang paling sering mengakibatkan PEA adalah antidepresan trisiklik dan zat golongan organofosfat. Selain RJP, berikan antidot yang sesuai jika tersedia. Di Indonesia belum ada data khusus terkait hal ini. 
Tamponade jantung dapat dijumpai pada pasien dengan luka tusuk pada dada kiri dan juga pasien dengan efusi perikardial yang maligna. Perikardiosentesis dapat menyelamatkan nyawa pasien. 
Tension pneumothorax dapat dijumpai pada pasien trauma dan non trauma. Pada pasien trauma, cedera dada bagian luar, fraktur costa, dan flail chest adalah kelainan penyerta pada tension pneumothorax. Pada pasien non trauma, skenario klasiknya adalah desaturasi, hipotensi, dan kesulitan bagging pada pasien PPOK atau asma yang terintubasi. Ingat: setelah intubasi pasien, adanya desaturasi yang tidak dapat dijelaskan dan adanya hipotensi, harus dipikirkan kemungkinan terjadinya pneumothorax. Needle thoracotomy pada intercostal space (ICS) 2 dapat membantu meringankan tension pneumothorax. Jika kecurigaan klinik tension pneumothorax sangat kuat dan needle decompression tidak dapat memberikan perbaikan, pasang chest tube segera karena mungkin jarum tersebut tidak dapat mencapai pneumothorax. 
Jika PEA disebabkan oleh emboli pulmonal akut, selain RJP, peran trombolitik masih tidak jelas dan penelitian lebih lanjut mungkin dapat mengubah manajemen terapi. Jika sirkulasi spontan kembali setelah PEA yang diakibatkan sindrom koroner akut, terapi revaskularisasi harus segera dikerjakan dengan modalitas PCI (percutaneous coronary intervention).
Kunci manajemen PEA dan asistol adalah mencari dan mengkoreksi penyebab yang reversibel. Kompresi dada yang berkualitas sangatlah penting, keterlambatan dan interupsi pada kompresi dada oleh karena intervensi lainnya harus diminimalkan. 


1 komentar:

Pulseless Electrical Activity (PEA) dan Asistol

PEA merupakan irama jantung yang bukan ventrikel fibrilasi (VF), bukan ventrikel takikardi dan bukan asistol pada pasien tanpa nadi. B...